Minggu, 24 Juni 2012

Pentingnya Metakognisi dalam Membaca

ABSTRAK
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, membaca ekstensif merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Keterampilan membaca ekstensif dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman umum secara luas dari teks yang dibaca. Kenyataanya, ada permasalahan dalam kegiatan membaca ekstensif di SDI Baabuttaubah. Permasalahan tersebut dapat dilihat dari pembelajaran membaca ekstensif yang belum optimal. Pada pelaksanaan pembelajaran membaca ekstensif, guru menggunakan strategi yang kurang bervariasi dan kurang inovatif. Guru mengajarkan membaca ekstensif dengan menyuruh siswa secara langsung membaca teks bacaan yang tersedia dalam buku paket. Guru tidak mengajak siswa melakukan perencanaan diri secara matang sebelum membaca ekstensif. Pada saat pelaksanaan membaca ekstensif, guru tidak mengajak siswa melakukan monitoring pemahaman isi bacaan. Guru tidak melakukan pemantauan terhadap siswa dalam memahami isi bacaan. Pada pascabaca guru langsung menyuruh siswa menjawab pertanyaan yang tersedia di bawah teks bacaan. Guru tidak memberi kesempatan pada siswa untuk mengevaluasi diri terhadap pemahaman isi bacaan atau mengadakan remedial dengan mengulang kembali membaca ekstensif. Hasil kemampuan siswa membaca ektensif masih rendah, nilai rata-rata hanya mencapai 62,05. Apabila dihubungkan dengan Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I di sekolah tersebut dengan angka minimal 70 hanya ada 3 atau 7,69% dari 39 siswa yang dinyatakan tuntas belajar. Salah satu strategi yang efektif untuk mengatasi permasalahan pembelajaran membaca ekstensif adalah strategi metakognitif. Penggunaan strategi ini dapat efektif karena akan melibatkan rencana-rencana atau aktivitas mental siswa yang digunakan untuk memperoleh, mengingat, dan memperbaiki berbagai macam pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca ekstensif. Strategi metakognitif dalam membaca ekstensif merupakan strategi membaca ekstensif yang berkaitan dengan kesadaran siswa untuk mengatur, mengarahkan, dan mengontrol aktivitas kognitifnya melalui tiga tahap, yaitu (1) tahap perencanaan membaca ekstensif, (2) tahap pelaksanaan membaca ekstensif dengan pemonitoran, dan (3) tahap penilaian/remedial membaca ekstensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca ekstensif siswa kelas 1 SDI Baabuttaubah melalui strategi metakognitif.
PENDAHULUAN
            Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa dilepaskan dari kegiatan membaca. Kegiatan membaca dapat dipandang sebagai kegiatan dasar untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia agar dapat mencapai kemajuan hidup. Membaca adalah sebuah kegiatan sine quo non dalam seluruh proses pendidikan. Segala bidang baik yang berkaitan dengan ilmu maupun budaya tidak akan dapat dikaji dan diperoleh tanpa kegiatan membaca.
            Paradigma tentang hakikat dan tujuan pembelajaran membaca lebih menekankan pada kemampuan memahami teks bacaan. Pemahaman terhadap teks bacaan tersebut tentunya memiliki standar yang dapat dijadikan tolok ukur apakah pembaca benar-benar telah memahami dan menguasai kandungan teks bacaan (content area) atau belum. Pembelajaran membaca yang termasuk dalam pembelajaran bahasa menjadi satu hal yang pokok dan tidak bisa dikesampingkan oleh sekolah sebagai institusi pendidikan yang menjangkau perwujudan budaya literasi (baca-tulis) bagi siswa-siswanya.
          
A.       Pengertian Metakognisi
       Secara etimologis, Istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan kognisi (cognition). Istilah meta berasal ari bahasa Yunani μετά yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan after, beyond, with, adjacent), adalah suatu prefik yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menjukkan pada suatu abstraksi dari suatu konsep. (Wikipedia, Free Encyclopedia, dalam Kuntjojo, 2009), sedangkan cognition, menurut Ensklopedia tersebut berasal dari bahasa Latin yaitu cognoscere, yang berarti mengetahui (to know) dan mengenal (to recognize). Kognisi, disebut juga gejala-gejala pengenalan, merupakan “the act or process of knowing including both awareness and judgement”. Merujuk pada kedua istilah tersebut, matakognisi dapat diartikan secara sederhana sebagai the process beyong the process of knowing atau proses didalam proses pengetahuan atau proses di dalam proses mengethui sesuatu. 
Pengetahuan metakognisi merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa tentang proses-proses kognitif yaitu pengetahuan yang bisa digunakan untuk mengontrol proses-proses kognitif. Pengalaman metakognisi melibatkan strategi atau pengaturan metakognisi. Strategi metakognisi merupakan proses yang berurutan yang digunakan untuk mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Proses ini terdiri dari:
1)        perencanaan yang meliputi penentuan tujuan dan analisis tugas. Aktivitas perencanaan akan mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pelajaran,
2)        pemantauan yang meliputi perhatian seseorang ketika ia membaca dan membuat pertanyaan atau pengujian diri. Aktivitas pemantauan akan membantu siswa dalam memahami materi dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan awal, dan
3)        evaluasi atau pengaturan yang berupa perbaikan aktivitas kognitif siswa. Aktivitas ini akan membantu peningkatan prestasi dengan cara mengawasi dan mengoreksi perilakunya pada saat menyelesaikan tugas.
B.       Metakognisi dalam Pemahaman Membaca
Baker dan Brown (Tierney, dkk, 1980: 302) mengungkapkan hal yang sejalan dengan pemanfaatan kemampuan metakognisi yang sebenarnya dimiliki oleh seorang pembelajar. Mereka menyatakan bahwa pembaca efektif adalah individu yang memiliki kemampuan metakognisi, antara lain:
1)        menjelaskan tujuan membaca dengan memahami pertanyaan teks baik eksplisit maupun   implisit,
2)        mengidentifikasi aspek yang penting dari pesan teks,
3)        memberikan fokus perhatian pada kandungan pokok teks,
4)        memonitor aktivitas secara terus menerus untuk menetapkan ukuran kemampuan,
5)        melibatkan pertanyaan mandiri untuk menentukan apakah tujuan telah tercapai, dan
6)        melakukan langkah atau tindakan korektif  jika ada kegagalan yang ditemukan.
Aktivitas belajar tidak dapat terlepas dari empat komponen, yaitu diri pembelajar, materi belajar, strategi belajar, serta tugas. Diri pembelajar adalah pembaca yang dipengaruhi oleh beberapa faktor ketika membaca bacaan misalnya latar belakang pengetahuan, tingkah laku, minat, serta motivasi untuk memahami bahan bacaan. Materi belajar merupakan bahan bacaan atau teks bacaan yang memiliki struktur dan jenis yang berbeda-beda. Bahan bacaan dapat  mempengaruhi pembaca dalam memahami bacaan. Strategi belajar menyangkut perencanaan yang dilakukan sebelum membaca melalui pemilihan dan penerapan cara dan teknik membaca untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Karakteristik pembelajaran yang mendayagunakan kemampuan metakognisi pada umumnya belum terlihat pada proses pembelajaran di sekolah. Guru dianggap sebagai pemberi ilmu dan siswa berada dalam keadaan kosong sehingga siswa hanya menerima pengetahuan. Padahal, kemampuan yang ada dalam diri siswa sangat beragam dan jika dimanfaatkan dengan baik dapat membuat proses belajar lebih efektif, termasuk dalam membaca. Metakognisi dalam membaca untuk studi diartikan sebagai pengetahuan pembelajar tentang strategi dan kemampuan untuk memperluas pengetahuan untuk memonitor proses membaca yang dilakukan (Vacca dan Jo Anne, 1989: 220). Siswa sebagai pembelajar yang mandiri senantiasa mengetahui mengapa, bagaimana, dan kapan mereka menggunakan strategi membaca. Dalam diri mereka  tumbuh kesadaran untuk mendiri dan menganalisis tujuan kegiatan membaca, mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dan yang belum diketahui, merencanakan proses membaca agar terlaksana dengan baik, serta mengevaluasi hasil kegiatan membaca yang mereka lakukan. 
KESIMPULAN
       Membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa yang sangat penting sekali. Pembelajar yang baik adalah pembelajar yang mengetahui dan sadar atas proses yang dilakukan. Metakognisi dapat dipandang sebagai salah satu elemen yang penting sekali dalam mencapai tingkat pemahaman membaca. Pengetahuan tentang metakognisi dapat menuntun pembaca untuk mengetahui segala aspek yang dapat memperlancar proses membaca, yaitu dari fase sebelum membaca sampai apa yang akan dilakukan sesudah proses membaca selesai. Jadi, penting sekali untuk mempelajari dan mengetahui proses-psoses metakognisi.
       Studi tentang pentingnya metakognisi sebagai salah satu elemen untuk mempermudah dan memperlancar hendaknya senantiasa terus dikembangkan. Penelitian lebih lanjut untuk mengimplementasikan pengetahuan metakognisi dalam kegiatan membaca dapat memperkaya wawasan pembelajar sehingga analisis dan komparasi terhadap beberapa studi metakognisi dapat diketahui.

DAFTAR PUSTAKA
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/10690