ABSTRAK
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, membaca ekstensif merupakan hal yang penting untuk dipelajari
dan dikuasai oleh siswa. Keterampilan membaca ekstensif
dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam
belajar. Siswa akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman umum secara luas dari teks yang dibaca. Kenyataanya, ada permasalahan dalam kegiatan membaca ekstensif di SDI
Baabuttaubah. Permasalahan tersebut dapat dilihat dari pembelajaran membaca ekstensif yang belum optimal. Pada pelaksanaan
pembelajaran membaca ekstensif, guru menggunakan
strategi yang kurang bervariasi dan kurang inovatif. Guru mengajarkan membaca ekstensif dengan menyuruh siswa secara langsung membaca teks bacaan yang tersedia dalam buku paket. Guru tidak mengajak siswa melakukan
perencanaan diri secara matang sebelum membaca
ekstensif. Pada saat pelaksanaan membaca ekstensif,
guru tidak mengajak siswa melakukan monitoring pemahaman isi bacaan. Guru tidak
melakukan pemantauan terhadap siswa dalam memahami isi
bacaan. Pada pascabaca guru langsung menyuruh siswa menjawab pertanyaan yang
tersedia di bawah teks bacaan. Guru tidak memberi
kesempatan pada siswa untuk mengevaluasi diri terhadap pemahaman isi bacaan
atau mengadakan remedial dengan mengulang kembali membaca
ekstensif. Hasil kemampuan siswa membaca ektensif masih
rendah, nilai rata-rata hanya mencapai 62,05. Apabila dihubungkan dengan
Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I di
sekolah tersebut dengan angka minimal 70 hanya ada 3 atau 7,69% dari 39 siswa
yang dinyatakan tuntas belajar. Salah satu strategi yang efektif untuk
mengatasi permasalahan pembelajaran membaca ekstensif
adalah strategi metakognitif. Penggunaan strategi ini dapat efektif karena akan
melibatkan rencana-rencana atau aktivitas mental siswa yang digunakan untuk
memperoleh, mengingat, dan memperbaiki berbagai macam
pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca
ekstensif. Strategi metakognitif dalam membaca ekstensif merupakan strategi membaca
ekstensif yang berkaitan dengan kesadaran siswa untuk mengatur, mengarahkan,
dan mengontrol aktivitas kognitifnya melalui tiga tahap, yaitu (1) tahap
perencanaan membaca ekstensif, (2) tahap pelaksanaan membaca ekstensif dengan pemonitoran, dan (3) tahap penilaian/remedial membaca ekstensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan membaca ekstensif siswa kelas 1
SDI Baabuttaubah melalui strategi metakognitif.
PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa dilepaskan dari kegiatan
membaca. Kegiatan membaca dapat dipandang sebagai kegiatan dasar untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia agar dapat mencapai
kemajuan hidup. Membaca adalah sebuah kegiatan sine quo non dalam
seluruh proses pendidikan. Segala bidang baik yang berkaitan dengan ilmu maupun
budaya tidak akan dapat dikaji dan diperoleh tanpa kegiatan membaca.
Paradigma tentang hakikat dan tujuan pembelajaran membaca lebih menekankan pada
kemampuan memahami teks bacaan. Pemahaman terhadap teks bacaan tersebut
tentunya memiliki standar yang dapat dijadikan tolok ukur apakah pembaca
benar-benar telah memahami dan menguasai kandungan teks bacaan (content area)
atau belum. Pembelajaran membaca yang termasuk dalam pembelajaran bahasa
menjadi satu hal yang pokok dan tidak bisa dikesampingkan oleh sekolah sebagai
institusi pendidikan yang menjangkau perwujudan budaya literasi (baca-tulis)
bagi siswa-siswanya.
A. Pengertian
Metakognisi
Secara etimologis, Istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris dinyatakan
dengan metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan
kognisi (cognition). Istilah meta berasal ari bahasa Yunani μετά yang
dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan after, beyond, with, adjacent),
adalah suatu prefik yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menjukkan pada
suatu abstraksi dari suatu konsep. (Wikipedia, Free Encyclopedia, dalam
Kuntjojo, 2009), sedangkan cognition, menurut Ensklopedia tersebut
berasal dari bahasa Latin yaitu cognoscere, yang berarti mengetahui (to
know) dan mengenal (to recognize). Kognisi, disebut juga
gejala-gejala pengenalan, merupakan “the act or process of knowing
including both awareness and judgement”. Merujuk pada kedua istilah
tersebut, matakognisi dapat diartikan secara sederhana sebagai the process
beyong the process of knowing atau proses didalam proses pengetahuan atau
proses di dalam proses mengethui sesuatu.
Pengetahuan metakognisi merupakan
pengetahuan yang diperoleh siswa tentang proses-proses kognitif yaitu
pengetahuan yang bisa digunakan untuk mengontrol proses-proses kognitif.
Pengalaman metakognisi melibatkan strategi atau pengaturan metakognisi.
Strategi metakognisi merupakan proses yang berurutan yang digunakan untuk
mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah
dicapai. Proses ini terdiri dari:
1)
perencanaan yang meliputi penentuan tujuan dan analisis tugas. Aktivitas
perencanaan akan mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pelajaran,
2)
pemantauan yang meliputi perhatian seseorang ketika ia membaca dan membuat
pertanyaan atau pengujian diri. Aktivitas pemantauan akan membantu siswa dalam
memahami materi dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan awal, dan
3)
evaluasi atau pengaturan yang berupa perbaikan aktivitas kognitif siswa.
Aktivitas ini akan membantu peningkatan prestasi dengan cara mengawasi dan
mengoreksi perilakunya pada saat menyelesaikan tugas.
B. Metakognisi
dalam Pemahaman Membaca
Baker dan Brown (Tierney, dkk, 1980:
302) mengungkapkan hal yang sejalan dengan pemanfaatan kemampuan metakognisi
yang sebenarnya dimiliki oleh seorang pembelajar. Mereka menyatakan bahwa
pembaca efektif adalah individu yang memiliki kemampuan metakognisi, antara
lain:
1)
menjelaskan tujuan membaca dengan memahami pertanyaan teks baik eksplisit
maupun implisit,
2)
mengidentifikasi aspek yang penting dari pesan teks,
3)
memberikan fokus perhatian pada kandungan pokok teks,
4)
memonitor aktivitas secara terus menerus untuk menetapkan ukuran kemampuan,
5)
melibatkan pertanyaan mandiri untuk menentukan apakah tujuan telah tercapai,
dan
6)
melakukan langkah atau tindakan korektif jika ada kegagalan yang
ditemukan.
Aktivitas belajar tidak dapat terlepas
dari empat komponen, yaitu diri pembelajar, materi belajar, strategi belajar,
serta tugas. Diri pembelajar adalah pembaca yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor ketika membaca bacaan misalnya latar belakang pengetahuan, tingkah laku,
minat, serta motivasi untuk memahami bahan bacaan. Materi belajar merupakan
bahan bacaan atau teks bacaan yang memiliki struktur dan jenis yang
berbeda-beda. Bahan bacaan dapat mempengaruhi pembaca dalam memahami
bacaan. Strategi belajar menyangkut perencanaan yang dilakukan sebelum membaca
melalui pemilihan dan penerapan cara dan teknik membaca untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Karakteristik pembelajaran yang mendayagunakan kemampuan
metakognisi pada umumnya belum terlihat pada proses pembelajaran di sekolah. Guru
dianggap sebagai pemberi ilmu dan siswa berada dalam keadaan kosong sehingga
siswa hanya menerima pengetahuan. Padahal, kemampuan yang ada dalam diri siswa
sangat beragam dan jika dimanfaatkan dengan baik dapat membuat proses belajar
lebih efektif, termasuk dalam membaca. Metakognisi dalam membaca untuk studi
diartikan sebagai pengetahuan pembelajar tentang strategi dan kemampuan untuk
memperluas pengetahuan untuk memonitor proses membaca yang dilakukan (Vacca dan
Jo Anne, 1989: 220). Siswa sebagai pembelajar yang mandiri senantiasa
mengetahui mengapa, bagaimana, dan kapan mereka menggunakan strategi membaca.
Dalam diri mereka tumbuh kesadaran untuk mendiri dan menganalisis tujuan
kegiatan membaca, mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dan yang belum
diketahui, merencanakan proses membaca agar terlaksana dengan baik, serta
mengevaluasi hasil kegiatan membaca yang mereka lakukan.
KESIMPULAN
Membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa yang sangat penting sekali.
Pembelajar yang baik adalah pembelajar yang mengetahui dan sadar atas proses yang
dilakukan. Metakognisi dapat dipandang sebagai salah satu elemen yang penting
sekali dalam mencapai tingkat pemahaman membaca. Pengetahuan tentang
metakognisi dapat menuntun pembaca untuk mengetahui segala aspek yang dapat
memperlancar proses membaca, yaitu dari fase sebelum membaca sampai apa yang
akan dilakukan sesudah proses membaca selesai. Jadi, penting sekali untuk
mempelajari dan mengetahui proses-psoses metakognisi.
Studi tentang pentingnya metakognisi sebagai salah satu elemen untuk mempermudah
dan memperlancar hendaknya senantiasa terus dikembangkan. Penelitian lebih
lanjut untuk mengimplementasikan pengetahuan metakognisi dalam kegiatan membaca
dapat memperkaya wawasan pembelajar sehingga analisis dan komparasi terhadap
beberapa studi metakognisi dapat diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/10690